Memahami Manajemen Kas: Pengertian, Tujuan, dan Contoh Praktis
- Anindhita Nugraha
- 1 hari yang lalu
- 2 menit membaca

Manajemen kas adalah hal penting dalam menjalankan bisnis agar kondisi keuangan tetap stabil. Tidak peduli besar atau kecilnya perusahaan, mengelola kas secara tepat bisa membantu menghindari risiko kekurangan uang tunai atau kehilangan peluang investasi. Artikel ini akan menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami tentang apa itu manajemen kas, tujuannya, serta contoh penggunaannya dalam dunia usaha.
Apa Itu Manajemen Kas?
Manajemen kas adalah proses pengaturan dan pengendalian kas dalam perusahaan agar jumlah kas yang tersedia tidak terlalu banyak maupun terlalu sedikit. Kas merupakan aset yang paling mudah digunakan untuk memenuhi kewajiban keuangan, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, bisa menimbulkan kerugian, baik karena kekurangan dana maupun kehilangan peluang investasi.
Jika kas hanya disimpan dalam rekening giro, bunga yang didapatkan relatif kecil dibandingkan jika disimpan dalam bentuk deposito atau diinvestasikan pada instrumen keuangan lainnya.
Mengapa Perusahaan Memiliki Kas?
Menurut ekonom terkenal John Maynard Keynes, ada tiga alasan utama kenapa perusahaan menyimpan kas:
Motif Transaksi: Untuk membayar kewajiban operasional harian, seperti pembelian bahan baku, gaji karyawan, dan biaya listrik.
Motif Berjaga-jaga: Untuk menghadapi pengeluaran yang tak terduga, seperti kerusakan mesin atau penurunan penjualan mendadak. Jika perusahaan mampu memprediksi pemasukan dan pengeluaran secara akurat, maka kebutuhan kas cadangan bisa ditekan.
Motif Spekulasi:
Untuk mengambil peluang investasi jangka pendek. Misalnya, membeli saham saat harga turun dengan harapan akan naik di kemudian hari.
Model Manajemen Kas: Pendekatan Persediaan (Model Baumol)
Model Baumol menyamakan pengelolaan kas dengan pengelolaan persediaan barang. Jika kas terlalu banyak disimpan, maka perusahaan rugi karena tidak menginvestasikan dana tersebut. Sebaliknya, jika terlalu sedikit, maka bisa kekurangan uang untuk operasional.
Contoh Kasus:
Perusahaan toko alat tulis "Cahaya Baru" membutuhkan kas sebesar Rp 1.500.000.000 per tahun. Kas dibutuhkan secara merata setiap hari. Setiap kali mereka mengubah sekuritas menjadi kas, biayanya Rp 40.000. Tingkat bunga (opportunity cost) adalah 10% per tahun.
Menggunakan rumus model Baumol:

Artinya, setiap kali kas habis, perusahaan sebaiknya menjual sekuritas sebesar Rp34,6 juta.

Biaya akan minimum ketika biaya simpan sama dengan biaya transaksi.
Strategi Manajemen Kas yang Efisien
Agar manajemen kas lebih efektif, perusahaan bisa menerapkan beberapa strategi, seperti:
Float management: Menunda pembayaran dan mempercepat penerimaan kas untuk mengoptimalkan saldo kas.
Concentration banking: Mengumpulkan kas dari beberapa lokasi ke satu rekening pusat untuk memudahkan pengelolaan.
Investasi jangka pendek: Menempatkan kelebihan kas sementara pada instrumen keuangan likuid seperti reksa dana pasar uang.
Manajemen kas membantu perusahaan menggunakan uang tunai secara efisien tanpa mengorbankan kemampuan untuk memenuhi kewajiban. Tiga alasan utama menyimpan kas adalah untuk transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi, dengan motif transaksi sebagai yang paling umum. Model seperti Baumol bisa digunakan untuk menentukan kapan dan berapa banyak kas yang perlu tersedia. Mengelola kas dengan baik berarti menyeimbangkan antara biaya simpan dan biaya transaksi, agar perusahaan tidak kekurangan dana sekaligus tidak kehilangan peluang keuntungan.
Comments